Sahabat inspirasi
Karya : Adhitya Saputra S
Kelas : 11 IPA 4
Gemuruh petir yang bersahut sahutan berganti menjadi hujan
deras setelah aku selesai shalat isha dan baru saja menyalakan laptop. Kamar
yang riuh dengan suara hujan kini bertambah ramai dengan suara musik rock karya Dewa 19 yang terdengar lembut
dari speaker
laptop. Perpaduan suara rinai hujan dan musikpun membuatku merasa nyaman di
kamar. Ditambah dengan secangkir susu jahe yang ku letakkan di kanan laptop, membuat
malam ini makin hangat. Sudah 3 hari orang tua ku pergi untuk menghadiri rapat
perusahaan di Malang, jadi aku bertiga di rumah dengan om yanto yang berprofesi
sebagai guru pkn di salah satu SMA swasta yang telah ber kepala 4 dan juga adikku
yang pemalu. Menjadi pengurus ekskul sering memaksaku pulang larut malam, belum
lagi tugas-tugas sekolah akhir-akhir ini yang membuatku tak jauh
dari laptop.
Entah sudah berapa
puluh kali selama sekolah di SMAN 5 Bekasi aku meminjam buku dari perpustakaan
untuk di bawa pulang sebagai referensi dalam mencari berbagai macam rumus, atau
kasus untuk mengerjakan laporan tugas kimia, fisika, pendidikan kewarganegaraan,
dan mata pelajaran lain. Namun berbeda dengan tugas spesial bahasa Indonesia
kali ini, yakni kami di tugaskan membuat cerpen. Kekurangan bahan untuk di
tulis pun menjadi kendala, sehingga pertanyaan klasik “mau mulai menulis
darimana?” menghantui alam pikiran bawah sadar ku. Memang…. bagi anak jurusan
sosial atau bahasa, hal ini merupakan “makanan” sehari hari bagi mereka yang
lebih di dominasi pelajaran ilmu berkomunikasi dengan orang lain dalam kegiatan
belajar mengajar sehari hari, dan berbanding terbalik dengan anak IPA yang
sehari harinya terbiasa menghitung dan menghafal rumus.
Ku sruput susu jahe pertamaku, kemudian ku senderkan badanku
ke kursi yang ku dudukki sembari memasukan 4 jari tangan kanan ke sela sela
jari tangan kiri dan ku jepit erat, untuk menaruhnya ke belakang kepala untuk
menyenderkan kepala yang kosong akan ide di antara ke dua tangan agar lebih
rileks. Ku tatap keluar jendela di depan mata, tak ada yang hal yang menarik,
daku hanyalah saksi bisu di antara
derasnya hujan yang sedang memandikan pohon
mangga tua tak berbuah yang berusaha melawan genting, di sertai gemuruh petir
yang beradu melodi dengan syair lagu “Arjuna”. Mengalir begitu saja, dalam
pikirku muncul ide untuk membuat cerpen bertema kan “pohon mangga Arjuna”.
Inspirasi menulis pun muncul, ku buka aplikasi Microsoft word dari laptop ku dan
bersegera menulis cerpen bertema “pohon mangga Arjuna”. Sambil menyeruput susu
jahe, ku pijit keyboard laptop dan kutuliskan kata “pada suatu hari...” pada
awal paragraf pada cerpen tersebut. Selang beberapa saat tangan kanan ku
kepalkan lalu ku ayunkan 95 derajat ke atas untuk menopang pipi kanan, lalu aku
pun bertanya pada diri sendiri.
“Apa yang akan di
lakukan seorang Arjuna dengan pohon mangga?”gumamku.
“Apakah ia seorang
saudagar kikir dari negeri antah berantah yang kaya raya karena memiliki perkebunan mangganya? Atau pemuda miskin
yang rela berkorban mencuri mangga untuk membasuh mulut para adik adiknya dengan mangga hasil
keringat orang lain?”tanyaku konyol pada diri sendiri.
Memang,
kesenjangan sosial selalu menarik untuk di bahas, televisi merubah sudut
pandang orang banyak terhadap dunia, banyak orang awam yang kurang tahu latar
belakang masalah orang yang bersangkutan di televisi, namun mereka sudah
memvonis orang tersebut bersalah, akhirnya timbul berbagai fitnah dari berbagai
kalangan. Untuk mencegah hal yang sama, ku urungkan niatku untuk melanjutkan
cerpen ”pohon mangga Arjuna”ini.
Jam dinding menunjukkan pukul 23.45 WIB, petir bergemuruh
mengeluarkan suara bagai pesawat jet menjatuhkan bomnya dari radius kurang
lebih 5km, ribuan liter air hujan yang membentur tumpukan seng di samping pohon
mangga, membuat bunyi dentuman hujan makin tak karuan. Ku habiskan susu jahe
terakhir yang mulai dingin, sembari menaikan volume musik dari speaker laptop. se isi rumah pasti sudah tidur, setelah
itu keluarlah diriku dari kamar, menuruni tangga menuju dapur yang gelap,untuk
mengisi ulang susu jahe.
Sesampainya di pintu dapur seperti biasa, sering ku dengar
suara benturan piring keramik, air dari dispenser mengeluarkan gelembung
sendiri, bahkan waktu itu pernah, piring beling berwarna coklat transparan,
yang beberapa bulan lalu ayah beli dari temannya di sekitar keraton jogja pecah
tiba tiba. Memang, beberapa fenomena seperti itu ada yang bisa di jelaskan
secara ilmiah dan ada yang tidak, orang yang tidak terbiasa akan hal tersebut
pasti dia akan mengira bahwa ada makhluk astral yang sedang mengganggu, padahal
kita di dunia memang tidak hidup sendiri kan?. Dengan melafadzkan Audzubillahhiminassyaitonnirrozimi, Ku
beranikan Tangan kanan ku untuk memegang gagang pintu, kemudian memutarnya ke
kanan, pintu pun terbuka, lalu kegelapan ruangan tanpa ampun menembak menembus
mata di tambah derasnya hujan yang menyerbu seng di luar makin memekakkan
telinga, ku maju selangkah lagi ke dalam dapur, tak ada yang bisa ku lihat
selain gelapnya dapur dan hujan deras yang tak kunjung reda, tangan kiri ku
selipkan diantara tembok, dan punggung lemari piring tua untuk memencet tombol
lampu.
Lampu telah nyala, ku ambil susu jahe dalam kulkas kemudian
ku rebus kembali supaya hangat. tak sengaja ku senggol piring keraton ayahku
hingga pecah membentur lantai, sontak jantung pun terasa seperti di tombak oleh
panah arjuna karena kaget mendengar suara piring jatuh, saat itu juga aku
langsung duduk berlutut untuk membereskan pecahan beling tersebut. Tiba tiba
lampu dapur mati, refleks, tanganku
langsung mengenggam salah satu pecahan beling yang paling besar untuk
berjaga-jaga bila ada rampok bersenjata mengancam, ternyata benar sesosok
tangan mendekap mulutku, dan menyumbatnya dengan handuk kecil, dan mengunci
tanganku.
Akupun berusaha memberontak, sosok misterius itu malah makin
kuat mengikat mulut dengan selampe. Ku paksakan badanku menuju ke tombol lampu,
lalu tangan kiri ku terbebas dari “kuncian” sosok misterius ini. Tanpa pikir
panjang ku pencet tombol lampu dengan beling yang ku pegang tadi. Dan sontak
akupun kaget karena mengetahui bahwa sosok misterius itu adalah om Yanto.
Akupun langsung salim dan meminta maaf kepada beliau, dan beliau juga meminta
maaf kepadaku karena telah mengira diriku maling. Kami pun berbincang dan
bergurau berdua.
“hahaha, kamu ngapain malem malem ke dapur nak? macam kucing
memburu makan saja haha” gurau beliau.
“mencari inspirasi
untuk bahan tulisan cerpen om,hehe” jawabku malu malu sambil membuang pecahan
beling ke tempat sampah .
“kalau mencari
inspirasi jangan di dapur nak, di dapur tempat makan.”jawab beliau sambil
memakan apel yang diambilnya dari kulkas.
“oh iya, kira-kira
cerpen yang bagus untuk tugas sekolah yang seperti apa isinya ya om?”tanyaku
sambil mengambil gelas baru.
”pengalaman adalah guru terbaik nak” ucap beliau.
“maksudnya om?”tanyaku memperjelas
“kau tuliskan saja pengalamanmu sebagai bahan cerpen mu,
seperti perjangan mu saat masuk sma, cita cita mu 10 tahun mendatang, atau bisa
juga kau menceritakan teman teman mu dalam cerpen.”kata beliau tegas.
“hmm jadi begitu ya”mulai berfikir…
“jadi adakah pengalaman yang tidak terlupakan selama menjadi
anak sekolah? Duduk dululah sini sambil menonton berita” Tanya beliau sambil
duduk di sofa dan menyalakan televisi dengan remote yang terletak di samping rice cooker.
“iya om, sebenarnya ada beberapa pengalaman tak terlupakan
saat smp” jawabku sambil menuju sofa dengan membawa 2 cangkir susu jahe untukku
dan beliau.
“lalu bagaimana pengalamanmu selama smp? ini susu jahe nya om
minum ya” tanyanya sambil menyeruput susu jahe yang ku bawa tadi.
“jadi ceritanya begini om aku punya sahabat, sekarang dia
bersekolah di SMAN 2 Bekasi, pada saat kelas 9 SMP kejadiannya begini.….”akupun
duduk di sofa dan mulai bercerita.
Ketegangan
emosi para pengurus OSIS dan panitia PENSI yang saling beradu argumen dengan
guru memperpanas aura rapat PENSI perdana tingkat SMP di aula SMPN 9 Bekasi pada
jum’at sore itu. Tumpukan proposal yang berkali kali di revisi dan belum di acc
bagai gundukan Koran bekas yang telah di baca ratusan kali. Banyak panitia
putri yang menangis di pangkuan ibu guru karena tak kuat menahan perasaan emosi
yang sudah meluap-luap bagai lahar mendidih yang mengerupsi hati mereka. Dhanti
selaku ketua pelaksana pentas seni, dan Azzi yang merupakan ketua OSIS pada
saat itu bersi keras meyakinkan perwakilan guru sekolah bahwa PENSI ini aman
dan tidak akan ada kerusuhan hebat.
“Maaf pak, bu. Sekali lagi kami selaku panitia pensi
menegaskan bahwa pentas seni ini akan berjalan sesuai acara, dan tidak akan
menimbulkan korban, jadi kami merasa terhormat apabila bapak dan ibu guru
sekalian mengizinkan kami untuk menyelenggarakan pentas seni perdana ini.” Tegas
azzi dengan nada bicara slayaknya Bung Tomo ber orasi.
“iya, tapi nampaknya mengadakan pentas seni untuk ruang
lingkup SMP masih terlalu dini untuk sekolah kita, karena kenapa? Di lihat dari
segi lokasinya SMP 9 merupakan sekolah yang dekat dengan wilayah kriminal,
sekolah ini dekat dengan pasar, warung warung kecil, dan kedai kedai kopi yang
merupakan sarang preman. Bagaimana anda menghadapi hal tersebut dengan keamanan
inti hanya dari panitia kelas 9?” sahut wakasek kesiswaan yang sedang duduk di
belakang meja sidang.
“Untuk ke amanan sendiri, selain dari panitia kelas 9 kami
juga telah bekerja sama dengan satpam SMP 9 yakni Pak Arif dan Alhamdulillah
dia juga memiliki kerabat yang bekerja di kantor kepoilisian, jadi kami di
tawari untuk menyewa jasa kepolisian untuk memperketat keamanan selama pentas
seni berlangsung” teagas azzi sambil dengan nada menyanjung Pak Arif.
“Benarkah begitu pak Arif?” Tanya wakasek kesiswaan kepada Pak
Arif
“iya benar pak, teman
saya yang bekerja di kepolisisan juga bersedia membantu memperketat keamanan
pada saat pentas seni berlangsung” ucap Pa Arif sambil berdiri menghadap
wakasek.
“baiklah, karena masalah primer yaitu keamanan telah
teratasi. Kami atas nama dewan guru
dengan hormat memberikan izin, dukungan, dan kepercayaan kepada seluruh lapisan
masyarakat SMPN 9 agar pentas seni perdana ini dapat berjalan dengan baik.*tok
tok tok*” ucap wakasek sambil mengetukkan penghapus ke meja layaknya palu dalam
sidang hebat.
Seisi Aula pun langsung memberikan
tepuk tangan yang meriah untuk Pa Arif, beliau hanya membalasnya dengan senyum
dan mengusap keningnya yang berkeringat karena lembabnya aula. Dewan guru
berusaha mengkondusifkan suasana ramainya aula dengan menodong ujung mikrofon
ke depan speaker besar yang di pinjam dari musholla.
*NGIIIIINGGG!!!*suara ultrasonik
yang keluar dari speaker,sontak membungkam keramaian Aula.
“oke oke , semua nya
harap tenang. Kita lanjutkan lagi rapat ini. Dengan ini berarti masalah kita
adalah dana, ” dewan guru menenangkan
keadaan
“Assalamualaikum, selamat sore, kenalkan nama saya Dhanti
saya selaku ketua pelaksana ingin melaporkan hasil kerja kami. Jadi untuk dana,
pemasukan sementara, pertama sumbangan siswa sebesar satu juta tujuh ratus ribu
rupiah, lalu dari donator sejumlah enam juta rupiah,dan uang kas panitia
sejumlah satu juta seratus ribu rupiah. Jadi total dana bersihnya sejumlah
delapan juta delapan ratus ribu rupiah. Sementara kita butuh minimal dua puluh
juta untuk berjalannya acara ini. Jadi apakah ada yang ingin di tanyakan
tentang masalah keuangan?” spontan dhanti sambil membaca buku catatan Bendahara.
“waalaikum salam Dhanti, sedikit tambahan dari saya.
Kebetulan banyak rekan kami yang orang tuanya bekerja di perusahaan perusahaan
ternama di Indonesia. Jadi apabila bapak dan ibu guru bersedia meng acc
proposal segera, kami bisa secepatnya mengajukan kontrak sponsor untuk menambah
pemasukan dana untuk pensi ini” secara spontan azzi berdiri melanjutkan laporan
Dhanti.
“kalau begitu, kami bersedia menandatangani proposal dengan
catatan kami tidak bertanggung jawab atas kekurangan dana dan orang tua yang
protes, kami tegaskan sekali lagi. Kami pihak sekolah hanya sebagai pelindung
bukan penanggung jawab. Bagaimana? apakah semua yang hadir di sini setuju
dengan sisitim kami?” tegas kepala sekolah sambil berdiri.
“SETUJUUU!!!” sorak semua hadirin rapat.
Dhanti
langsung menyerahkan proposal pentas seni ke wakasek kesiswaan kemudian ke
kepala sekolah yang baru untuk di tandatangani.
“Dengan mengucap basmalah, saya selaku kepala sekolah
menandatangani proposal ini, agar dapat digunakan sebagai mana mestinya. Dan
untuk di laporkan kembali perkembangannya pada rapat mendatang. Sekaligus saya
ketukkan palu sebagai simbolis bahwa rapat ini segera di tutup *tok tok
tok*.”seisi Aula pun bertepuk tangan meriah dan menangis bahagia karena rapat
telah usai. Dan hal ini merupakan perjalanan awal bagi Azzi dan Dhanti untuk
menjalankan pentas seni.
Seminggu
berjalan, usaha Azzi dan rekan rekan panitia untuk mencari sponsor ke berbagai
perusahaan di mulai. Dari perusahaan minuman, makanan ringan, sampai ke
perusahaan asuransi. Azzi dan Dhanti sudah berusaha sekeras mungkin untuk
meyakinkan perusahaan bahwa pentas seni ini akan di hadiri banyak penonton, ada
perusahaan yang meng acc proposal namun tak sedikit juga perusahaan menolak
karena acara ini masih dalam ruang lingkup SMP. Matahari mulai terbenam ada 3
perusahaan yang bersedia meng acc proposal pentas seni. 1 perusahaan yang
bergerak di bidang cat memberikan dana bersih sejumlah tiga juta rupiah, dan
sisanya perusahaan makanan dan pakaian yang memberikan donator berupa barang
untuk di jual lagi pada acara pentas seni. Azzi ,Nabhan, Ubay dan Ana yang saat
itu berpuasa sunnah, memutuskan untuk singgah ke masjid dan pamit kepada Dhanti
dan rekan rekan lainnya. Selepas shalat maghrib mereka langsung mencari makan
malam di rumah makan mekdi di sekitar
daerah Komsen dan memesan 4 porsi makanan.
“Bay, gimana Bay proposalnya, baru 3 perusahaan yang nge acc”
Tanya azzi sambil menepuk pundak Ubay.
“Yang penting kita sudah berusaha, untuk hasilnya kita hanya
bisa berserah diri kepada Allah, yang penting kita sudah di cover 3 perusahaan. Maka nikmat Tuhan
mana yang kamu dustakan?” jawab Ubay dengan nada ustadz Yusuf Mansyur.
“ciee elah, bisa aja Bay, abis jadian ya sama Siti makannya
jadi alim gitu, hehehe” sahut ana sambil melemparkan senyum manis ke Ubay.
“Temen temen, kayanya ada yang bayarin kita makan malam
nih……, selamat ya Bay. Semoga awet sama Siti nya sampai kawin nanti, hehe”
Guyon Nabhan ke Ubay.
“Akakakak, iya Bay semoga cepet punya momongan yaa amin….,
heheh” Sahut Azzi
“Udahlah, ga baik gituin temen kita, nih pesenanya datang
makan dulu bayy, Cewe ga suka cowo kurus
lhoo..hehe” ucap Ana sambil memberikan pesanan ayam goreng kepada ke tiga
temannya.
“kalau begitu sebelum makan alangkah baiknya kita mengucap
basmalah” ucap Ubay sambil menadangkan tangan layaknya orang berdoa
“Bismillahhirrohmanirrohim!!” Sahut Ana, Nabhan, dan Azzi
kompak.
Setelah
makan malam. Azzi dan teman temannya langsung ke parkiran motor untuk pulang ke
rumah masing masing. Ubay yang mengantar Nabhan pulang langsung tancap gas
dengan motor Legenda nya menuju perumahan Bumi Mutiara, Azzi yag saat itu ada
bimbel langsung menuju ke Gama Villa nusa indah dengan Scorpio kesayangannya.
Ana pun sendiri di bawah lampu merah menunggu di jemput pacarnya yang membawa
mobil. Lama memnunggu ia bertemu bocah laki laki berumur sekitar 7,5 tahun
mengenakan jas dan celana hitam sambil mengenggam mobil-mobilan di tangan
kanannya yang sendirian di depan pizza
hut. Ana pun terheran heran apa yang di lakukan bocah kecil berpakaian
rapih di sendirian malam malam gini? Karena penasaran melihat bocah itu duduk
sendirian di bawah tiang logo pizza hut,
Ana pun langsung menghampiri bocah itu dan bertanya.
“Dek, Mama kamu mana? Ko sendirian di sini?” Tanya Ana
penasaran.
“huaaaaa” Bocah itu menangis
“cup cup, sini kaka kasih permen buat kamu, jangan nangis
lagi yaa…”dengan nada lembut Ana memberikan permen ke bocah itu
“Makasih ka, tadi pas aku lagi ke kamar mandi mama aku lupa
nungguin aku soalnya keluargaku banyak, jadi aku ketinggalan mobil” ucap bocah
itu sambil menahan tangis
“ohh gitu ya udah kaka temenin, kaka juga lagi nungguin
tebengan kaka kok,hehe”
Tidak lama
kemudian pacar Ana datang, ia pun menunggu di mobilnya, sementara Ana setia
menemani bocah kecil itu di depan pizza
hut. Sekitar 2 jam kemudian orang tua dari bocah itu datang dan berterima
kasih kepada Ana yang telah menemani bocah itu, kebetulan hebatnya orang tua
itu merupakan kepala cabang dari perusahaan minuman soda terbesar di Indonesia.
Ana pun langsung mengajukan penawaran kepada orang tua bocah itu, dan menelefon
Azzi untuk bernegosiasi sponsor kepada orang tua bocah itu. Sebagai tanda
terima kasih orang tua bocah itu memberikan masukan dana sebesar delapan juta +
minuman soda sebanyak seratus krat untuk pentas seni. Ana pun langsung bertukar
nomor dengan orangtua bocah tersebut, dan pamit untuk pulang.
Seminggu
kemudian. Rapat terakhir dan gladi bersih untuk pentas seni dilaksanakan.saat
rapat bersama guru Azzi selaku ketua OSIS memotivasi dan menceritakan bagaimana
perjuangan mencari rupiah demi rupiah kepada para junior juniornya untuk
berjalannya pensi ini. Tak jarang peserta rapat bertepuk tangan dan tertawa
karena cerita Azzi. Keesokan harinya pentas seni berjalan lancar, tak ada
hambatan yang berarti kecuali gerimis yang membasahi kekeringan panggung.
Akhirnya ada
teman Azzi yang tinggal di Jogja membuat buku tentang perjalanan seorang ketua
Osis dan rekannya dalam mencari dana pensi, buku tersebut pernah menjadi best
seller di Sleman dan hasil penjualannya di berikan 20 persen ke Azzi untuk di
berikannya ke anak yatim di sekitar SMP 9. Kini Azzi menjadi ketua OSIS di SMAN
2 dan sering memotivasi juniornya dengan ceerita tersebut jika ada forum.
Memang bibit kebaikan selalu menghasilkan buah yang baik.
Aku pun
selesai bercerita ke pada Om Yanto, iyapun senang dengan ceritaku, akhirnya
inspirasi ku datang dari orang yang dangat berpengaruh dalam hidup. Ucapan
Terima kasih langsung ku berikan kepada beliau.
“Begitulah om, pengalaman temanku yang tidak terlupakan
sampai sekarang. Saya yakin kita akan di pertemukan kembali saat kita sukses
nanti.” Kututup ceritaku sambil meneguk susu jahe terakhir.
“itu bagus, inspiratif sekali, sekarang sudah jam 12 lewat
nak, lebih baik kau selesaikan naskahmu lalu isitrahat” ucap Om Yanto
“iya makasih om telah membantu ku menyelesaikan cerpen”
ucapku berterima kasih
“Selamat beristirahat nak, sukses dengan cerpennya! ”ucap om
Yanto
Akupun
beranjak ke kamarku dan menyelesaikan cerpen ku, ku matikan lagu dari speaker
radio ku agar berkonsentrasi mengerjakan tugas.ku tulis ulang semua yang ku ceritakan
pada om Yanto tadi, Sekitar2 jam kemudian kira kira pukul 2 pagi jadilah cerpen
bertema “Sahabat inspirasi”ini. Akhirnya selesai juga naskah ini. Ku print out, lalu ku matikan laptop,
tertidurlah daku sebentar dan bangun untuk shalat shubuh. Dengan penuh semangat.
Hari ini ku kumpulkan tugas cerpenku ke guru bahasa indonesia Indonesia terbaik
se SMAN 5, yakni Bu Cucu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar