Minggu, 21 September 2014

Contoh cerpen berbingkai bertema persahabatan.



Sahabat inspirasi
Karya  : Adhitya Saputra S
Kelas  : 11 IPA 4
Gemuruh petir yang bersahut sahutan berganti menjadi hujan deras setelah aku selesai shalat isha dan baru saja menyalakan laptop. Kamar yang riuh dengan suara hujan kini bertambah ramai dengan suara musik rock karya Dewa 19 yang terdengar lembut dari speaker laptop. Perpaduan suara rinai hujan dan musikpun membuatku merasa nyaman di kamar. Ditambah dengan secangkir susu jahe yang ku letakkan di kanan laptop, membuat malam ini makin hangat. Sudah 3 hari orang tua ku pergi untuk menghadiri rapat perusahaan di Malang, jadi aku bertiga di rumah dengan om yanto yang berprofesi sebagai guru pkn di salah satu SMA swasta yang telah ber kepala 4 dan juga adikku yang pemalu. Menjadi pengurus ekskul sering memaksaku pulang larut malam, belum lagi tugas-tugas sekolah akhir-akhir ini yang membuatku tak jauh dari laptop.
 Entah sudah berapa puluh kali selama sekolah di SMAN 5 Bekasi aku meminjam buku dari perpustakaan untuk di bawa pulang sebagai referensi dalam mencari berbagai macam rumus, atau kasus untuk mengerjakan laporan tugas kimia, fisika, pendidikan kewarganegaraan, dan mata pelajaran lain. Namun berbeda dengan tugas spesial bahasa Indonesia kali ini, yakni kami di tugaskan membuat cerpen. Kekurangan bahan untuk di tulis pun menjadi kendala, sehingga pertanyaan klasik “mau mulai menulis darimana?” menghantui alam pikiran bawah sadar ku. Memang…. bagi anak jurusan sosial atau bahasa, hal ini merupakan “makanan” sehari hari bagi mereka yang lebih di dominasi pelajaran ilmu berkomunikasi dengan orang lain dalam kegiatan belajar mengajar sehari hari, dan berbanding terbalik dengan anak IPA yang sehari harinya terbiasa menghitung dan menghafal rumus.
Ku sruput susu jahe pertamaku, kemudian ku senderkan badanku ke kursi yang ku dudukki sembari memasukan 4 jari tangan kanan ke sela sela jari tangan kiri dan ku jepit erat, untuk menaruhnya ke belakang kepala untuk menyenderkan kepala yang kosong akan ide di antara ke dua tangan agar lebih rileks. Ku tatap keluar jendela di depan mata, tak ada yang hal yang menarik, daku hanyalah saksi bisu di antara
derasnya hujan yang sedang memandikan pohon mangga tua tak berbuah yang berusaha melawan genting, di sertai gemuruh petir yang beradu melodi dengan syair lagu “Arjuna”. Mengalir begitu saja, dalam pikirku muncul ide untuk membuat cerpen bertema kan “pohon mangga Arjuna”.
Inspirasi menulis pun muncul, ku buka aplikasi Microsoft word dari laptop ku dan bersegera menulis cerpen bertema “pohon mangga Arjuna”. Sambil menyeruput susu jahe, ku pijit keyboard laptop dan kutuliskan kata “pada suatu hari...” pada awal paragraf pada cerpen tersebut. Selang beberapa saat tangan kanan ku kepalkan lalu ku ayunkan 95 derajat ke atas untuk menopang pipi kanan, lalu aku pun bertanya pada diri sendiri.
 “Apa yang akan di lakukan seorang Arjuna dengan pohon mangga?”gumamku.
 “Apakah ia seorang saudagar kikir dari negeri antah berantah yang kaya raya karena memiliki    perkebunan mangganya? Atau pemuda miskin yang rela berkorban mencuri mangga untuk membasuh  mulut para adik adiknya dengan mangga hasil keringat orang lain?”tanyaku konyol pada diri sendiri.
            Memang, kesenjangan sosial selalu menarik untuk di bahas, televisi merubah sudut pandang orang banyak terhadap dunia, banyak orang awam yang kurang tahu latar belakang masalah orang yang bersangkutan di televisi, namun mereka sudah memvonis orang tersebut bersalah, akhirnya timbul berbagai fitnah dari berbagai kalangan. Untuk mencegah hal yang sama, ku urungkan niatku untuk melanjutkan cerpen ”pohon mangga Arjuna”ini.
Jam dinding menunjukkan pukul 23.45 WIB, petir bergemuruh mengeluarkan suara bagai pesawat jet menjatuhkan bomnya dari radius kurang lebih 5km, ribuan liter air hujan yang membentur tumpukan seng di samping pohon mangga, membuat bunyi dentuman hujan makin tak karuan. Ku habiskan susu jahe terakhir yang mulai dingin, sembari menaikan volume musik dari speaker laptop. se isi rumah pasti sudah tidur, setelah itu keluarlah diriku dari kamar, menuruni tangga menuju dapur yang gelap,untuk mengisi ulang susu jahe.
Sesampainya di pintu dapur seperti biasa, sering ku dengar suara benturan piring keramik, air dari dispenser mengeluarkan gelembung sendiri, bahkan waktu itu pernah, piring beling berwarna coklat transparan, yang beberapa bulan lalu ayah beli dari temannya di sekitar keraton jogja pecah tiba tiba. Memang, beberapa fenomena seperti itu ada yang bisa di jelaskan secara ilmiah dan ada yang tidak, orang yang tidak terbiasa akan hal tersebut pasti dia akan mengira bahwa ada makhluk astral yang sedang mengganggu, padahal kita di dunia memang tidak hidup sendiri kan?. Dengan melafadzkan Audzubillahhiminassyaitonnirrozimi, Ku beranikan Tangan kanan ku untuk memegang gagang pintu, kemudian memutarnya ke kanan, pintu pun terbuka, lalu kegelapan ruangan tanpa ampun menembak menembus mata di tambah derasnya hujan yang menyerbu seng di luar makin memekakkan telinga, ku maju selangkah lagi ke dalam dapur, tak ada yang bisa ku lihat selain gelapnya dapur dan hujan deras yang tak kunjung reda, tangan kiri ku selipkan diantara tembok, dan punggung lemari piring tua untuk memencet tombol lampu.
Lampu telah nyala, ku ambil susu jahe dalam kulkas kemudian ku rebus kembali supaya hangat. tak sengaja ku senggol piring keraton ayahku hingga pecah membentur lantai, sontak jantung pun terasa seperti di tombak oleh panah arjuna karena kaget mendengar suara piring jatuh, saat itu juga aku langsung duduk berlutut untuk membereskan pecahan beling tersebut. Tiba tiba lampu dapur mati, refleks,  tanganku langsung mengenggam salah satu pecahan beling yang paling besar untuk berjaga-jaga bila ada rampok bersenjata mengancam, ternyata benar sesosok tangan mendekap mulutku, dan menyumbatnya dengan handuk kecil, dan mengunci tanganku.
Akupun berusaha memberontak, sosok misterius itu malah makin kuat mengikat mulut dengan selampe. Ku paksakan badanku menuju ke tombol lampu, lalu tangan kiri ku terbebas dari “kuncian” sosok misterius ini. Tanpa pikir panjang ku pencet tombol lampu dengan beling yang ku pegang tadi. Dan sontak akupun kaget karena mengetahui bahwa sosok misterius itu adalah om Yanto. Akupun langsung salim dan meminta maaf kepada beliau, dan beliau juga meminta maaf kepadaku karena telah mengira diriku maling. Kami pun berbincang dan bergurau berdua.
“hahaha, kamu ngapain malem malem ke dapur nak? macam kucing memburu makan saja haha” gurau beliau.
 “mencari inspirasi untuk bahan tulisan cerpen om,hehe” jawabku malu malu sambil membuang pecahan beling ke tempat sampah .
 “kalau mencari inspirasi jangan di dapur nak, di dapur tempat makan.”jawab beliau sambil memakan apel yang diambilnya dari kulkas.
 “oh iya, kira-kira cerpen yang bagus untuk tugas sekolah yang seperti apa isinya ya om?”tanyaku sambil mengambil gelas baru.
”pengalaman adalah guru terbaik nak” ucap beliau.
“maksudnya om?”tanyaku memperjelas
“kau tuliskan saja pengalamanmu sebagai bahan cerpen mu, seperti perjangan mu saat masuk sma, cita cita mu 10 tahun mendatang, atau bisa juga kau menceritakan teman teman mu dalam cerpen.”kata beliau tegas.
“hmm jadi begitu ya”mulai berfikir…
“jadi adakah pengalaman yang tidak terlupakan selama menjadi anak sekolah? Duduk dululah sini sambil menonton berita” Tanya beliau sambil duduk di sofa dan menyalakan televisi dengan remote yang terletak di samping rice cooker.
“iya om, sebenarnya ada beberapa pengalaman tak terlupakan saat smp” jawabku sambil menuju sofa dengan membawa 2 cangkir susu jahe untukku dan beliau.
“lalu bagaimana pengalamanmu selama smp? ini susu jahe nya om minum ya” tanyanya sambil menyeruput susu jahe yang ku bawa tadi.
“jadi ceritanya begini om aku punya sahabat, sekarang dia bersekolah di SMAN 2 Bekasi, pada saat kelas 9 SMP kejadiannya begini.….”akupun duduk di sofa dan mulai bercerita.

            Ketegangan emosi para pengurus OSIS dan panitia PENSI yang saling beradu argumen dengan guru memperpanas aura rapat PENSI perdana tingkat SMP di aula SMPN 9 Bekasi pada jum’at sore itu. Tumpukan proposal yang berkali kali di revisi dan belum di acc bagai gundukan Koran bekas yang telah di baca ratusan kali. Banyak panitia putri yang menangis di pangkuan ibu guru karena tak kuat menahan perasaan emosi yang sudah meluap-luap bagai lahar mendidih yang mengerupsi hati mereka. Dhanti selaku ketua pelaksana pentas seni, dan Azzi yang merupakan ketua OSIS pada saat itu bersi keras meyakinkan perwakilan guru sekolah bahwa PENSI ini aman dan tidak akan ada kerusuhan hebat.

“Maaf pak, bu. Sekali lagi kami selaku panitia pensi menegaskan bahwa pentas seni ini akan berjalan sesuai acara, dan tidak akan menimbulkan korban, jadi kami merasa terhormat apabila bapak dan ibu guru sekalian mengizinkan kami untuk menyelenggarakan pentas seni perdana ini.” Tegas azzi dengan nada bicara slayaknya Bung Tomo ber orasi.
“iya, tapi nampaknya mengadakan pentas seni untuk ruang lingkup SMP masih terlalu dini untuk sekolah kita, karena kenapa? Di lihat dari segi lokasinya SMP 9 merupakan sekolah yang dekat dengan wilayah kriminal, sekolah ini dekat dengan pasar, warung warung kecil, dan kedai kedai kopi yang merupakan sarang preman. Bagaimana anda menghadapi hal tersebut dengan keamanan inti hanya dari panitia kelas 9?” sahut wakasek kesiswaan yang sedang duduk di belakang meja sidang.
“Untuk ke amanan sendiri, selain dari panitia kelas 9 kami juga telah bekerja sama dengan satpam SMP 9 yakni Pak Arif dan Alhamdulillah dia juga memiliki kerabat yang bekerja di kantor kepoilisian, jadi kami di tawari untuk menyewa jasa kepolisian untuk memperketat keamanan selama pentas seni berlangsung” teagas azzi sambil dengan nada menyanjung Pak Arif.
“Benarkah begitu pak Arif?” Tanya wakasek kesiswaan kepada Pak Arif
“iya benar pak,  teman saya yang bekerja di kepolisisan juga bersedia membantu memperketat keamanan pada saat pentas seni berlangsung” ucap Pa Arif sambil berdiri menghadap wakasek.
“baiklah, karena masalah primer yaitu keamanan telah teratasi. Kami  atas nama dewan guru dengan hormat memberikan izin, dukungan, dan kepercayaan kepada seluruh lapisan masyarakat SMPN 9 agar pentas seni perdana ini dapat berjalan dengan baik.*tok tok tok*” ucap wakasek sambil mengetukkan penghapus ke meja layaknya palu dalam sidang hebat.
Seisi Aula pun langsung memberikan tepuk tangan yang meriah untuk Pa Arif, beliau hanya membalasnya dengan senyum dan mengusap keningnya yang berkeringat karena lembabnya aula. Dewan guru berusaha mengkondusifkan suasana ramainya aula dengan menodong ujung mikrofon ke depan speaker besar yang di pinjam dari musholla.
*NGIIIIINGGG!!!*suara ultrasonik yang keluar dari speaker,sontak membungkam keramaian Aula.
 “oke oke , semua nya harap tenang. Kita lanjutkan lagi rapat ini. Dengan ini berarti masalah kita adalah dana,  ” dewan guru menenangkan keadaan
“Assalamualaikum, selamat sore, kenalkan nama saya Dhanti saya selaku ketua pelaksana ingin melaporkan hasil kerja kami. Jadi untuk dana, pemasukan sementara, pertama sumbangan siswa sebesar satu juta tujuh ratus ribu rupiah, lalu dari donator sejumlah enam juta rupiah,dan uang kas panitia sejumlah satu juta seratus ribu rupiah. Jadi total dana bersihnya sejumlah delapan juta delapan ratus ribu rupiah. Sementara kita butuh minimal dua puluh juta untuk berjalannya acara ini. Jadi apakah ada yang ingin di tanyakan tentang masalah keuangan?” spontan dhanti sambil membaca buku catatan Bendahara.
“waalaikum salam Dhanti, sedikit tambahan dari saya. Kebetulan banyak rekan kami yang orang tuanya bekerja di perusahaan perusahaan ternama di Indonesia. Jadi apabila bapak dan ibu guru bersedia meng acc proposal segera, kami bisa secepatnya mengajukan kontrak sponsor untuk menambah pemasukan dana untuk pensi ini” secara spontan azzi berdiri melanjutkan laporan Dhanti.
“kalau begitu, kami bersedia menandatangani proposal dengan catatan kami tidak bertanggung jawab atas kekurangan dana dan orang tua yang protes, kami tegaskan sekali lagi. Kami pihak sekolah hanya sebagai pelindung bukan penanggung jawab. Bagaimana? apakah semua yang hadir di sini setuju dengan sisitim kami?” tegas kepala sekolah sambil berdiri.
“SETUJUUU!!!” sorak semua hadirin rapat.
            Dhanti langsung menyerahkan proposal pentas seni ke wakasek kesiswaan kemudian ke kepala sekolah yang baru untuk di tandatangani.
“Dengan mengucap basmalah, saya selaku kepala sekolah menandatangani proposal ini, agar dapat digunakan sebagai mana mestinya. Dan untuk di laporkan kembali perkembangannya pada rapat mendatang. Sekaligus saya ketukkan palu sebagai simbolis bahwa rapat ini segera di tutup *tok tok tok*.”seisi Aula pun bertepuk tangan meriah dan menangis bahagia karena rapat telah usai. Dan hal ini merupakan perjalanan awal bagi Azzi dan Dhanti untuk menjalankan pentas seni.
            Seminggu berjalan, usaha Azzi dan rekan rekan panitia untuk mencari sponsor ke berbagai perusahaan di mulai. Dari perusahaan minuman, makanan ringan, sampai ke perusahaan asuransi. Azzi dan Dhanti sudah berusaha sekeras mungkin untuk meyakinkan perusahaan bahwa pentas seni ini akan di hadiri banyak penonton, ada perusahaan yang meng acc proposal namun tak sedikit juga perusahaan menolak karena acara ini masih dalam ruang lingkup SMP. Matahari mulai terbenam ada 3 perusahaan yang bersedia meng acc proposal pentas seni. 1 perusahaan yang bergerak di bidang cat memberikan dana bersih sejumlah tiga juta rupiah, dan sisanya perusahaan makanan dan pakaian yang memberikan donator berupa barang untuk di jual lagi pada acara pentas seni. Azzi ,Nabhan, Ubay dan Ana yang saat itu berpuasa sunnah, memutuskan untuk singgah ke masjid dan pamit kepada Dhanti dan rekan rekan lainnya. Selepas shalat maghrib mereka langsung mencari makan malam di rumah makan mekdi di sekitar daerah Komsen dan memesan 4 porsi makanan.
“Bay, gimana Bay proposalnya, baru 3 perusahaan yang nge acc” Tanya azzi sambil menepuk pundak Ubay.
“Yang penting kita sudah berusaha, untuk hasilnya kita hanya bisa berserah diri kepada Allah, yang penting kita sudah di cover 3 perusahaan. Maka nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan?” jawab Ubay dengan nada ustadz Yusuf Mansyur.
“ciee elah, bisa aja Bay, abis jadian ya sama Siti makannya jadi alim gitu, hehehe” sahut ana sambil melemparkan senyum manis ke Ubay.
“Temen temen, kayanya ada yang bayarin kita makan malam nih……, selamat ya Bay. Semoga awet sama Siti nya sampai kawin nanti, hehe” Guyon Nabhan ke Ubay.
“Akakakak, iya Bay semoga cepet punya momongan yaa amin…., heheh” Sahut Azzi
“Udahlah, ga baik gituin temen kita, nih pesenanya datang makan dulu bayy,  Cewe ga suka cowo kurus lhoo..hehe” ucap Ana sambil memberikan pesanan ayam goreng kepada ke tiga temannya.
“kalau begitu sebelum makan alangkah baiknya kita mengucap basmalah” ucap Ubay sambil menadangkan tangan layaknya orang berdoa
“Bismillahhirrohmanirrohim!!” Sahut Ana, Nabhan, dan Azzi kompak.
            Setelah makan malam. Azzi dan teman temannya langsung ke parkiran motor untuk pulang ke rumah masing masing. Ubay yang mengantar Nabhan pulang langsung tancap gas dengan motor Legenda nya menuju perumahan Bumi Mutiara, Azzi yag saat itu ada bimbel langsung menuju ke Gama Villa nusa indah dengan Scorpio kesayangannya. Ana pun sendiri di bawah lampu merah menunggu di jemput pacarnya yang membawa mobil. Lama memnunggu ia bertemu bocah laki laki berumur sekitar 7,5 tahun mengenakan jas dan celana hitam sambil mengenggam mobil-mobilan di tangan kanannya yang sendirian di depan pizza hut. Ana pun terheran heran apa yang di lakukan bocah kecil berpakaian rapih di sendirian malam malam gini? Karena penasaran melihat bocah itu duduk sendirian di bawah tiang logo pizza hut, Ana pun langsung menghampiri bocah itu dan bertanya.
“Dek, Mama kamu mana? Ko sendirian di sini?” Tanya Ana penasaran.
“huaaaaa” Bocah itu menangis
“cup cup, sini kaka kasih permen buat kamu, jangan nangis lagi yaa…”dengan nada lembut Ana memberikan permen ke bocah itu
“Makasih ka, tadi pas aku lagi ke kamar mandi mama aku lupa nungguin aku soalnya keluargaku banyak, jadi aku ketinggalan mobil” ucap bocah itu sambil menahan tangis
“ohh gitu ya udah kaka temenin, kaka juga lagi nungguin tebengan kaka kok,hehe”
            Tidak lama kemudian pacar Ana datang, ia pun menunggu di mobilnya, sementara Ana setia menemani bocah kecil itu di depan pizza hut. Sekitar 2 jam kemudian orang tua dari bocah itu datang dan berterima kasih kepada Ana yang telah menemani bocah itu, kebetulan hebatnya orang tua itu merupakan kepala cabang dari perusahaan minuman soda terbesar di Indonesia. Ana pun langsung mengajukan penawaran kepada orang tua bocah itu, dan menelefon Azzi untuk bernegosiasi sponsor kepada orang tua bocah itu. Sebagai tanda terima kasih orang tua bocah itu memberikan masukan dana sebesar delapan juta + minuman soda sebanyak seratus krat untuk pentas seni. Ana pun langsung bertukar nomor dengan orangtua bocah tersebut, dan pamit untuk pulang.
            Seminggu kemudian. Rapat terakhir dan gladi bersih untuk pentas seni dilaksanakan.saat rapat bersama guru Azzi selaku ketua OSIS memotivasi dan menceritakan bagaimana perjuangan mencari rupiah demi rupiah kepada para junior juniornya untuk berjalannya pensi ini. Tak jarang peserta rapat bertepuk tangan dan tertawa karena cerita Azzi. Keesokan harinya pentas seni berjalan lancar, tak ada hambatan yang berarti kecuali gerimis yang membasahi kekeringan panggung.
            Akhirnya ada teman Azzi yang tinggal di Jogja membuat buku tentang perjalanan seorang ketua Osis dan rekannya dalam mencari dana pensi, buku tersebut pernah menjadi best seller di Sleman dan hasil penjualannya di berikan 20 persen ke Azzi untuk di berikannya ke anak yatim di sekitar SMP 9. Kini Azzi menjadi ketua OSIS di SMAN 2 dan sering memotivasi juniornya dengan ceerita tersebut jika ada forum. Memang bibit kebaikan selalu menghasilkan buah yang baik.

            Aku pun selesai bercerita ke pada Om Yanto, iyapun senang dengan ceritaku, akhirnya inspirasi ku datang dari orang yang dangat berpengaruh dalam hidup. Ucapan Terima kasih langsung ku berikan kepada beliau.
“Begitulah om, pengalaman temanku yang tidak terlupakan sampai sekarang. Saya yakin kita akan di pertemukan kembali saat kita sukses nanti.” Kututup ceritaku sambil meneguk susu jahe terakhir.
“itu bagus, inspiratif sekali, sekarang sudah jam 12 lewat nak, lebih baik kau selesaikan naskahmu lalu isitrahat” ucap Om Yanto
“iya makasih om telah membantu ku menyelesaikan cerpen” ucapku berterima kasih
“Selamat beristirahat nak, sukses dengan cerpennya! ”ucap om Yanto

            Akupun beranjak ke kamarku dan menyelesaikan cerpen ku, ku matikan lagu dari speaker radio ku agar berkonsentrasi mengerjakan tugas.ku tulis ulang semua yang ku ceritakan pada om Yanto tadi, Sekitar2 jam kemudian kira kira pukul 2 pagi jadilah cerpen bertema “Sahabat inspirasi”ini. Akhirnya selesai juga naskah ini. Ku print out, lalu ku matikan laptop, tertidurlah daku sebentar dan bangun untuk shalat shubuh. Dengan penuh semangat. Hari ini ku kumpulkan tugas cerpenku ke guru bahasa indonesia Indonesia terbaik se SMAN 5, yakni Bu Cucu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Pemesinan NonKonvensional (Non-Conventional Machining): Electrochemical Machining

Electro Chemical Machining  (ECM) adalah sebuah  proses  pemesinan menggunakan bahan  k onduktif elektrik  tanpa melibatkan kontak an...