Selasa, 16 Oktober 2018

Artikel tentang Las Karbid atau Las Oksi Asetilen (Oxy Acetylene Welding)



Las Karbid Oksi Asetilen (Oxy – Acetylene Welding)
Secara umum, las asetilin atau las karbid adalah suatu teknik penyambungan material (logam) melalui proses pelelehan logam dengan menggunakan energi panas hasil pembakaran campuran gas asetilin dan gas oksigensebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panasDalam proses ini, gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen (O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas). Gas ini dinilai memiliki beberapa kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain. Kelebihan yang dimiliki gas Asetilen antara lain, menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas bahan bakar lainya, baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen.

Komponen Utama Perkakas Las Oksi Asetilin
Gambar di bawah memperlihatkan komponen utama dari perkakas las oksi asitelin yaitu Tabung gas oksigen dan bahan bakar (Asitelin), Katup Pengatur, Regulator, Selang gas, Torch, Nosel, dan Torch (Pembakar).

Gambar 1. Perkakas Las Oksi Asetilin

Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi bertekanan. Ukuran tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas dan juga jenis gas yang ditampung. Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup. Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan, dipasang pada katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekanan hingga mencapai tekanan kerja torch. Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan selang gas. Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch dan tercampur dengan gas didalamnya hingga pada akhirnya ujung nosel terbentuk nyala api. Dari keterangan diatas, torch memiliki dua fungsi utama yaitu :
1)   Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar.
2)   Sebagai pembentuk nyala api di ujung nosel.
Prinsip Kerja Las Oksi Asetilin

Pengelasan dengan gas oksi-asetilen dilakukan membakar bahan bakar gas C2 H2 dengan O2 sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencair logam induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilen, propan atau hidrogen. Diantara ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah asetilen, sehingga las pada umumnya diartikan sebagai las oksiasetilen. Karena tidak memerlukan tenaga listrik, maka las oksiasetilen banyak dipakai di lapangan walaupun pemakaiannya tidak sebanyak las busur elektroda terbungkus.

Pada skema las oksi asetilen diperlihatkan sudut brander las berskisar antara 60 – 70º dan sudut bahan tambah (filler) berkisar 30 – 45º. Arah pengelasan dari kiri kekanan dan posisi pengelasan di bawah tangan. Temperatur nyala oksidasi sekitar 3500 ºC. Walaupun temperatur tersebut sudah dapat mencairkan baja namun jika diterapkan pada pengelasan baja akan terjadi oksidasi, karena banyak sisa gas oksigen yang tidak terbakar mengikat elemen Fe dan menbentuk oksida besi (FeO, Fe2O, dan Fe2O3). Oksida besi ini menyebabkan cacat las yang berupa slag inclution (kotoran yang ikut ke dalam deposit logam lasan).


Nyala berbentuk busur dengan warna putih kekuningan dan panjangnya melebihi nyala Oksidasi tetapi lebih pendek dari nyala Karburasi. Temperatur yang dapat dicapai sekitar 3200 ºC dan sangat cocok jika digunakan untuk pengelasan baja.


Nyala Api Las Oksi Asetilin
Proses pencampuran gas bisa diatur sesuai dengan permintaan pengelasan. Bentuk nyala api karburasi memanjang dengan warna kuning kemerahan. Dalam proses pembakaran, tidak semua campuran gas oksigen dan acetylene terbakar secara sempurna. Gas yang terbakar sempurna membentuk nyala inti yang digunakan untuk mencairkan logam, sedangkan sisanya membentuk nyala luar sebagai gas pelindung deposit logam lasan.

 

Nyala hasil pembakaran dalam las oksi-asetilen dapat berubah bergantung pada perbandingan antara gas oksigen dan gas asetilennya. Ada tiga macam nyala api dalam las oksi-asetilen seperti ditunjukkan pada gambar di bawah:
a.Nyala Karburasi (Asetilen berlebih)
Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna biru. Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan, yang panjangnya ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilen. Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous.
b. Nyala Oksidasi (Oksigen berlebih)
Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah menjadi ungu. Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan untuk pengelasan lainnya.
c. Nyala Netral
Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu. Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru bening. Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara. Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala kerucut.
Karena sifatnya yang dapat merubah komposisi logam cair maka nyala asetilen berlebih dan nyala oksigen berlebih tidak dapat digunakan untuk mengelas baja. Suhu Pada ujung kerucut dalam kira-kira 3000° C dan di tengah kerucut luar kira-kira 2500° C.

Generator Asetilen

Generator asetilen merupakan alat yang digunakan untuk memproduksi asetilen melalui proses reaksi kalsium karbida dengan air. Proses kerja generator relatif sederhana, yaitu dengan jalan mempertemukan kalsium karbida dengan air secara proporsional yang selanjutnya akan diikuti dengan terjadinya reaksi sehingga menghasilkan gas asetilen. Pemakaian generator dalam memproduksi asetilen masih terbilang banyak, terutama di daerah yang jauh dari industri asetilen atau daerah terpencil. Keuntungan penggunaan generator dapat menekan biaya operasional bila dibandingkan dengan pemakaian asetilen dalam botol. Namun kelemahan yang dimiliki ialah tekanan asetilen lebih labil dibandingkan dengan asetilen dalam botol.

Gas asetilen (C2H2) dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dengan air. Gelembung-gelembung gas naik dan endapan yang terjadi adalah kapur tohor. Reaksi yang terjadi dalam tabung asetilen adalah :
        CaC2
+
2H2O
=  
Ca(OH)2
+
C2H2
  kalsium karbida

air tohor

Kapur

gas asetilen

Generator asetilen dapat dikelompokkan atas beberapa jenis sesuai menurut kapasitas, pelayanan, cara kerja, dan tekanan.

Ø  Berdasarkan Kapasitas (Daya) Menurut kapasitas, yaitu jumlah liter atau m3 gas yang dapat diproduksi setiap jam, generator dapat digolongkan kedalam beberapa tingkat, seperti; 0,8; 1,25; 2; 3,2; 5; 10; 20; 40; dan 80 m3/jam.

Ø  Berdasarkan pelayanan, generator asetilen dapat dibedakan atas:

1. Generator portable (yang dapat dipindah-pindahkan), biasanya yang berukuran kecil dan berkapasitas antara 30 s/d 600 Cu.ft/jam (1 Cu.Ft = 0,028 m3).

2. Generator stasioner (tetap), ialah generator yang digunakan untuk industri-industri besar.
Berdasarkan Proses/Cara Kerja Yang dimaksud dengan cara kerja di sini adalah sistem  

Penggunaan dan Fluks yang digunakan
Pengelasan Oksi-asetilen dapat digunakan untuk mengelas bermacam-macam logam. Beberapa diantaranya ditunjukkan dalam tabel. Kadang-kadang dalam pengelasan oksi-asetilen digunakan juga fluks untuk memperbaiki sifat-sifat logam las, derajat kecairan logam cair. Fluks pada pengelasan ini biasanya adalah campuran antara boraks serbuk gelas dan atau antara asam boric, boraks dan natrium fosfat. Penggunaan dan komposisi dari fluks tergantung pada logam yang akan dilas.
Logam Induk
Macam Nyala Api
Fluks
Logam Pengisi

Baja Karbon

Besi Cor abu-abu

Besi Cor Maliabel
Nikel
Panduan Ni-Cu
Tembaga 
Perunggu
Kuningan

Netral

Netral
Oksidasi Rendah
Oksidasi Lemah
Karburasi
Netral atau karburasi lemah
Netral atau oksidasi lemah
Oksidasi


Perlu
Perlu
Perlu
Tidak Perlu
Tidak Perlu
Tidak Perlu
Perlu
Perlu

Baja Karbon Rendah 

Besi cor abu-abu
Perunggu
Perunggu
Nikel
Monel
Tembaga
Perunggu
Kuningan

Kelebihan dan Kekurangan Las Asetilen.

Kelebihan Las Asetilen :
– Jika ada pengelasan yang salah dapat dicairkan kembali dengan nyala Api Oksigen Asetilen.
– Dapat digunakan pada plat tipis.
– Peralatan tidak terlalu banyak.
Kekurangan Las Asetilen:
– Jika digunakan plat tebal kekuatannya kurang maksimal.
– Pengelasan manual sehingga efisiensi dan kecepatan las kurang.
– Sangat jarang digunakan untuk pengelasan non logam atau baja tahan karat.

Kesimpulan
Las oksi asetilen atau las karbid (Oxy – Acytelene Welding atau disingkat OAW) adalah suatu proses pengelasan gas yang menggunakan sumber panas nyala api melalui pembakaran gas oksigen dan gas asetilen untuk mencairkan logam dan bahan tambah. Dalam pengelasan OAW ini biasanya digunakan hanya untuk plat plat tipis, hal ini dikarenakan sambungan las Oxigen Acetyline ini mempunyai kekuatan yang rendah dibandingkan las busur listrik.

Las OAW ini juga dapat digunakan untuk pemanasan atau pemotongan, namun alat yang digunakan berbeda. Untuk pemotongan menggunakan torch yang ada katub gas potong, sedangkan untuk pengelasan atau pemanasan menggunakan welding gun tanpa katub gas potong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Pemesinan NonKonvensional (Non-Conventional Machining): Electrochemical Machining

Electro Chemical Machining  (ECM) adalah sebuah  proses  pemesinan menggunakan bahan  k onduktif elektrik  tanpa melibatkan kontak an...